Dengan demikian, perilaku manusia
itu perlu dipahami dalam konteks yang lebih luas. Soekidjo Notoatmojo dengan
memerhatikan bentuk respons terhadap terhadap stimulus, membedakan perilaku
manusia menjadi dua bentuk, yaitu:
a)
perilaku tertutup (covert behavior), hal ini ditunjukkan dalam bentuk perhatian,
persepsi, pengetahuan/kesadaran dan reaksi lainnya yang tidak tampak,
b)
perilaku terbuka (overt behavior) yaitu
dalam bentuk tindakan nyata, misalnya meminum obat ketika dirinya merasa sakit.
Berdasarkan pandangan ini, maka
yang dimaksud menurut perilkau kesehatan menurut Soekidjo Notoatmojo bahwa
perilaku kesehatan yaitu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan dan
minuman serta lingkungan.
Dari definisi tersebut, kemudian
dirumuskan bahwa perilaku kesehatan yaitu terkait
dengan:
1) Perilaku pencegahan, penyembuhan penyakit, serta
pemulihan dari penyakit;
2) Perilaku peningkatan kesehatan; dan
3) Perilaku gizi (makanan dan minuman).
Pada pembahasan berikut, akan kita
lihat berbagai model yang digunakan para peneliti dalam
mempelajari berbagai tipe perilaku kesehatan.
Diantaranya:
1. Model
pengelolaan rasa sakit;
2. Model
muchman;
3. Model
mechanic;
4. Model
anderson;
5. Model
keyakinan sehat;
6. Model
Kurt Lewin;
7. Model
pengambilan keputusan.
Masing-masing model yang
dikemukakan berbeda, sesuai dengan pandangan teori serta tipe perilaku namun
menggunakan variabel-variabel yang sama.
1.
Model Pengelolaan Rasa Sakit.
Menurut Daldiyono (2007: 16), tidak
semua orang sakit memiliki penyakit. Suatu rasa sakit bukan merupakan penyakit
bila tidak mengganggu aktivitas dan fungsi pokok, misalnya: makan, minum, buang
air, tidur, dan aktivitas sehari-hari lainnya. Sedangkan menurut Lehndorff,
rasa sakit bisa dikelola baik untuk sekedar pengendalian rasa sakit maupun
untuk mencapai penyembuhan diri dari penyakit yang sedang dideritanya. Dalam
pengalaman tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor utam yang menunjang kemajuan
derajad kesehatan pasien adalah keinginan dan kehendak yang besar untuk
mengalami kemajuan. Dalam pandangan Lehndorff dan Tracy (2005: xii) sikap
optimis itu dapat diwujudkan dengan:
(a) yaitu memiliki rasa ingin menjadi lebih baik,
(b) memiliki harapan untuk menjadi lebih baik,
(c) mau berusaha untuk menjadi lebih baik, dan
(d) mereka belajar metode-metode cepat untuk
memotivasinya.
2.
Model Suchman
Yang terpenting dalam model suchman
adalah menyangkut pola sosial dari perilaku
sakit yang tampak pada cara orang mencari,
menemukan, dan melakukan perawatan medis.
Pendekatan yang digunakannya berkisar pada adanya 4
unsur yang merupakan faktor utama
dalam perilaku sakit, yaitu: (1) perilaku itu
sendiri; (2) sekuensinya; (3) tempat atau ruang
lingkup; dan (4) variasi perilaku selama tahap-tahap
perawatan medis.
Arti keempat unsur tersebut dapat
dikembangkan 5 konsep dasar yang berguna dalam
menganalisi perilaku sakit, yaitu: (1) mencari
pertolongan medis dari berbagai sumber atau pemberi layanan, (2) fragmentasi
perawatan medis di saat orang menerima pelayanan dari berbagai unit, tetapi
pada lokasi yang sama, (3) menangguhkan (procastination) atau menangguhkan
upaya mencari pertolongan meskipun gejala sudah diasakan, (4) melakukan
pengobatan sendiri (self medication), (5) membatalkan atau menghentikan
pengobatan (discontuniti).
3. Model
Mechanic
Landasan pemikiran model mechanic ini yaitu mengembangkan suatu
model mengenai faktor-faktor yang mempengarui perbedaan cara melihat, menilai
serta bertindak terhadap suatu gejala penyakit. Teori ini menekankan pada 2
faktor:
a. persepsi dan definisi oleh individu pada suatu
situasi
b. Kemampuan individu melawan keadaan yang berat
Kemudian model mechanic menggunakan
10 variabel yang menentukan perilaku kesehatan, yaitu:
(1) adanya penyimpanngan dan gejala penyakit yang dirasakan dan
dikenal,
(2) seberapa jauh gejala-gejala penyakit yang
dipandang serius oleh seseorang,
(3) seberapa jauh gejala-gejala penyakit
dapat dapat menimbulkan gangguan dalam kehidupan keluarga, pekerjaan dan
kegiatan-kegiatan sosial,
(4) frekuensi terjadinya tanda-tanda penyimpangan atau
gejala penyakit,
(5) jatah toleransi dari ornag yang menilai tanda
menyimpang atau gejala penyakit tertentu, (6) informasi yang tersedia,
pengetahuan, kebudayaan, serta pandangan orang yang menilai,
(7)
adanya kebutuhan pokok lain yang menimbulkan pengabaian atau penolakan terhadap
gejala tersebut,
(9)
adanya kompetisi terhadap berbagai kemungkinan interaksi yang timbul setelah
gejala penyakit diketahui,
(10) sumber pengobatan yang tersedia serta biaya
yang harus dikeluarkan.
Dari pencermatan ini, dapat
dikemukakan bahwa yang dimaksud perilaku sakit adalah
pola reaksi sosio—kultural yang dipelajari pada
suatu saat ketika individu dihadapkan pada gejala penyakit sehingga
gejala-gejala itu akan dikenal, dinilai, ditimbang, dan kemudian
dapat bereaksi atau tidak bergantung pada definisi atau situasi itu.
4. Model Andersoon
Kerangka asli model ini yaitu
menggambarkan suatu sekuensi (rangkaian) determinan (factor yang menentukan)
individu terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga dan dinyatakan
bahwa hal itu tergantung pada:
a.
presdisposisi keluarga untuk menggunakan jasa pelayanan kesehatan, misalnya
saja variabel demografi (umur, jumlah, status perkawinan), variabel struktur
sosial (pendidikan, pekerjaan, suku bangsa), kepercayaan terhadap magis.
b.
Kemampuan utnuk melaksanakannya yang terdiri atas persepsi terhadap penyakit
serta evaluasi klinis terhadap klinis.
c.
Kebutuhan terhadap jasa pelayanan. Faktor presdisposisi dan faktor yang
memungkinkan untuk mencari pengobatan dapat terwujud di dalam tindakan apabila
itu dirasakan sebagai kebutuhan.
5. Model Keyakinan
Sehat
Model keyakinan sehat (health
believe model) dikembangkan oleh Rosenstock. Empat
keyakinan utama yang didefinisikan dalam model HBM
yaitu (1) keyakinan tentang kerentanan kita terhadap keadaan sakit, (2)
keyakinantentang keseriusan atau keganasan penyakit, (3) keyakinan tentang
kemungkinan biaya, (4) keyakinan tentang efektivitas tindakan ini sehubungan
dengan adanya kemungkinan tindakan alternatif.
Menurut Marshall H. Becker dan Lois
A. Maiman, model ini terdiri atas unsur-unsur
sebagai berikut:
a.
kesiapan seseorang untuk seseorang untuk melakukan suatu tndakan ditentukan
oleh pandangan orang itu terhadap bahaya penyakit tertentu dan persepsi mereka
terhadap kemungkinan akibat (fisik dan sosial) bila terserang penyakit
tersebut.
b.
Penilaian seseorang terhadap perilaku kesehatan tertentu, dipandang dari sudut
kebaikan dan kemanfaatan (misalnya perkiraan subjektif mengenai kemungkinan
manfaat dari suatu tindakan dalam mengurangi tingkat bahaya dan keparahan).
Kemudian dibandingkan dengan persepsi terhadap pengorbanan (fisik, uang, dan
lain-lain) yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan tindakan tersebut.
c.
Suatu “kunci” untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat harus ada , baik
dari sumber internal (misalnya gejala penyakit) maupun eksternal (misalnya
interkasi interpersonal, komunikasi massa).
6. Model Kurt Lewin
Mempunyai pandangan → individu
hidup di lingkungan masyarakat Individu ini akan bernilai positif dan negatif
di suatu daerah atau wilayah tertentu. Implikasinya didalam kesehatan adalah
penyakit atau sakit adalah suatu daerah negatif sedangkan sehat adalah wilayah
positif. Ada 4 variabel apabila seseorang bertindak untuk melawan atau
mengatasi penyakit :
a.
Kerentanan yang dirasakan ( perceived suspecbility )
b.
Keseriusan yang dirasakan ( perceived seriousness )
c. Manfaat dan rintangan – rintangan
yang dirasakan ( perceived benefits and barriers)
d.
Isyarat atau tanda – tanda (clues )
Lewin berpendapat bahwa perilaku
manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekeuataan pendorong (
driving forces ) dan kekuatan penahan ( resistining forces ). Teori ini dinamakan ( force field analysis )
individu selalu terdapat kekuatan/ dorongan yang saling bertentangan. Keadaan
ini dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan sehingga ada tiga
kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang :
a.
Kekuatan – kekuatan pendorong meningkat.
b.
Kekuatan – kekuatan penahan menurun.
c.
Kekuatan pendorong meningkat dan kekuatan penahan menurun.
7. Model Pengambilan
keputusan
Ada
beberapa kondisi sosial yang khas terjadi yaitu ;
a.
Realitas sosial adanya perbedaan pemahaman dan sikap antara pasien dan anggota keluarganya
b.
Perbedaan pemahaman dan sikap pasien diwujudkan dalam bentuk persepsi atau respons
terhadap penyakit tersebut
c.
Setiap diantara mereka mempunyai akses informasi ke pihak lain mengenai
persepsi penyakit
d.
Adanya komunikasi atau interkasi antara pasien dan orang lain
Interaksi
ini menghasilkan dua kemungkinan ;
a.
De kolektivasi refeksi
b.
Kolektivasi persepsi
Ada
dua kemungkinan kolektivasi pasien :
a.
Aktif ( inisiatif untuk bertindak dalam proses penyembuhan)
b.
Pasif ( pasrah terhadap sikap orang lain diluar dirinya )